Rabu, 16 Juni 2010

"JILBAB ELIZA"



Serambi Ummah
Jumat, 12 Februari 2010

"JILBAB ELIZA"

Oleh : Dorratul Hijaziyah

Eliza adalah sosok muslimah dambaan bagi siapa saja yang melihatnya. Tinggi semampai, hidung mancung bak keturunan Arab, kulit putih dan halus. Sungguh tak ada cela dalam dirinya. Ia pandai dalam prestasi akademik, juga dalam bersosialisasi dengan orang-orang di sekitarnya. Berbagai prestasi telah diraihnya. Sejak SMA ia sudah mengikuti kegiatan keislaman di sekolah. Saat menjadi mahasiswi ini pun kegiatan sejenis masih digelutinya. Karena itulah ia mengerti betul bagaimana seharusnya bersikap dan ajaran islam lainnya. Namun, tak semua hal yang dialami Eliza berjalan sempurna. Mungkin yang dialami Eliza ini merupakan gambaran, banyak juga muslimah-muslimah lain yang menghadapi masalah yang sama. Bahkan mungkin lebih parah daripada yang dialami dirinya.

Keseharian Eliza yang mengenakan jilbab ditentang keras oleh kedua orang tuanya. Berbagai alasan dikemukakan untuk menghalangi anak semata wayangnya itu mengenakan jilbab. Takut tak ada laki-laki yang tertarik dengan Eliza lah, takut Eliza tidak bisa bekerja sesuai keinginan mereka lah, dan alasan-alasan lain yang membuat Eliza banyak beristigfar dan mengelus dada. Berbagai penjelasan dikemukakan Eliza untuk mempertahankan jilbab yang dikenakannya, namun belum mampu membuka hati kedua orang tuanya itu. Ada saja alasan mereka untuk menghalangi tekad kuat Eliza.

Keluarga Eliza memang beragama islam, namun Islam yang mereka pahami hanya setengah-setengah. Menurut mereka islam itu hanya sebatas beribadah, yaitu salat, puasa, dan zakat. Mereka membolehkan Eliza memakai kerudung modern yang sekarang ramai digunakan. Bukan jilbab lebar yang tidak memperlihatkan lekuk tubuh dan kerudung panjang hingga menutup dada yang biasa dipakai Eliza. Mereka berkata, kalau Eliza ingin berpakaian seperti itu, nanti saja setelah ia sudah tua. Astagfirullah, apakah kita bisa menjamin masih hidup sampai saat itu tiba? Sungguh, hidup sampai besok pun tak ada yang bisa menjamin. Bisa jadi hari esok adalah hari dimana kita akan dijemput oleh Yang Maha Kuasa. Saat itu, tak ada lagi kesempatan bagi kita untuk melaksanakan apa yang telah kita rencanakan.

Walau bagaimanapun Eliza sangat sayang dengan kedua orang tuanya. Hanya merekalah yang Eliza punya di dunia ini. Eliza akan selalu berusaha berbakti kepada mereka, karena ridho Allah bergantung kepada ridho orang tua. Namun, Eliza tidak bisa menuruti keinginan mereka untuk masalah menutup aurat ini, karena mengenakan jilbab secara sempurna merupakan suatu kewajiban dalam islam. Allah memerintahkan kita untuk senantiasa berbakti kepada orang tua, kecuali dalam hal kemaksiatan. Menjelaskan kepada mereka pun harus dengan kata-kata yang baik, tidak seperti menggurui, dan sabar jika usaha kita belum disambut baik oleh mereka. Eliza hanya bisa bersabar dan berharap semoga kedua orang tuanya bisa menerima dirinya dengan jilbab yang dikenakannya.

Selama ini jika ingin pergi kuliah atau pergi untuk keperluan lain, Eliza harus rela dimarahi ibunya terlebih dahulu. Namun, ia tetap bertahan pada prinsipnya menggunakan jilbab. Puncaknya adalah saat orang tuanya mengambil seluruh jilbab yang dimiliki Eliza, karena Eliza selalu saja tidak menurut jika disuruh untuk melepaskan jilbabnya. Sehingga tak ada satu pun jilbab yang tersisa di kamarnya. Eliza menangis saat mengetahui apa yang dilakukan orang tuanya. Dia tidak menyangka orang tuanya setega itu kepada dirinya.

Akibat kejadian itu, hampir seminggu Eliza mengurung diri di rumah. Ia sama sekali tidak ingin pergi kuliah atau pergi kemana pun tanpa mengenakan jilbab. Orang tuanya sangat marah karena tingkah Eliza tersebut. Hari-hari Eliza diiringi dengan buraian air mata. Ia mengadu kepada Allah dan selalu berdoa agar Allah membukakan hati dan menyadarkan orang tuanya, karena hanya Allah lah yang bisa memutar-balikkan hati manusia.

Malam itu, setelah salat maghrib Eliza mengerjakan tugas dari dosen yang ia ketahui dari teman dekatnya, Shofa. Dengan me-sms Shofa lah Eliza bisa mengetahui info tentang kampus selama ia tidak masuk. Tugas-tugas dari dosen tetap ia kerjakan, berharap dosen bisa menerima tugasnya saat ia bisa masuk kuliah nanti walau agak terlambat. Entah kapan saat itu akan tiba, saat dimana ia bisa ke kampus lagi dengan jilbabnya. Atau mungkin hal itu tidak akan terjadi? Yang pasti Eliza tidak akan mau membuka aurat kepada selain mahramnya.

Saat sedang asyik, tiba-tiba bel rumahnya berbunyi. Dari kamarnya yang tertutup rapat, Eliza bisa mendengar dengan jelas ayahnya yang membukakan pintu. Setelah pintu dibuka, ternyata yang datang adalah dua orang laki-laki, yang satu kira-kira sebaya dengan ayah Eliza dan satunya lagi adalah anaknya. Orang tua Eliza sama sekali tidak kenal dengan mereka. Setelah mempersilakan masuk dan menghidangkan minuman, orang itu pun menjelaskan maksud kedatangan mereka. Ayah laki-laki itu berkata bahwa mereka ingin mengkhitbah atau meminang Eliza. Sang anak pun ikut menjelaskan, ia sudah lama mengenali Eliza di kampus. Ia ingin menikah dengan Eliza karena akhlak dan tutur kata Eliza yang santun. Eliza pandai dan selalu menutup aurat dengan jilbabnya.

Setelah mendengar penuturan anak laki-laki tersebut, ibu Eliza meneteskan air mata dan ayahnya pun tertunduk. Mereka menyadari kesalahan mereka selama ini. Ibu Eliza langsung ke kamarnya, mengambil seluruh jilbab yang ia sita dari anaknya sendiri dan kemudian menyerahkannya lagi kepada Eliza. Eliza yang sudah mendengar pembicaraan tersebut dari kamar, langsung memeluk ibunya. Namun, ia belum tahu siapa sosok ikhwan yang telah menyelamatkan kehidupannya.

Eliza keluar kamar mengenakan jilbabnya dengan sempurna, ia kelihatan sangat cantik. Ikhwan yang memakai baju koko dan peci itu tenyata adalah orang yang telah ia kenal, yang juga merupakan salah satu rohis di kampusnya. Eliza langsung menerima pinangan tersebut. Sejak saat itu orang tuanya selalu mendukung apapun yang dilakukan Eliza. Ucapan rasa syukur tak henti-hentinya keluar dari bibirnya. Allah telah mengabulkan doanya dan membayar kesabarannya selama ini.

(Selesai ditulis : di Banjarmasin, pada hari Kamis, 14 Januari 2010, pukul 00.23)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar